Home PageJalan-jalanMencari Inspirasi di Galeri Seni

Aug 05

Mencari Inspirasi di Galeri Seni

Sebagai pekerja di bidang seni, mencari inspirasi menjadi tuntutan tersendiri agar bisa terus berkreasi. Beberapa kawan mengasah insting seninya dengan membaca buku2 sastra, melihat pameran lukisan, mengunjungi situs2 budaya ataupun hadir dalam pertunjukan kesenian. Saya pun secara rutin menyempatkan diri untuk meluangkan waktu belajar lebih banyak tentang seni dan budaya.

Maka hari minggu kemarin, saya sempatkan untuk mampir ke sebuah galeri seni, yang terletak di Dago, Bandung Utara. Selasar Sunaryo, adalah sebuah galeri senin yang dibangun oleh Sunaryo, seorang seniman kontemporer sekaligus mantan dosen seni rupa ITB, yang pernah mengenyam pendidikan di Cina dan Italia.

pintu-masuk-selasar-sunaryo berpose di pintu masuk Selasar Sunaryo, Bandung

Selasar Seni Sunaryo ini didirikan pada tahun 1997, diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Edi Sedyawati, mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di masa itu Bapak Juwono Sudarsono. Walau sudah dimulai pembangunannya sejak tahun 1997, namun karena kondisi perekonomian di masa itutempat ini baru diresmikan pada hari Sabtu, 5 September 1998.

prasasti-selasar-sunaryo prasasti peresmian Selasar Sunaryo

Galeri seni yang bersifat nirlaba ini awalnya dibangun untuk bisa menampilkan karya2 Sunaryo, yang banyak menciptakan karya seni Instalasi. Saat pertama diresmikan di tahun 1998, tempat ini untuk pertama kali menampilkan pameran solo karya Sunaryo yang berjudul ‘Titik Nadir’ (titik terendah). Pameran ini merefleksikan perhatiannya terhadap situasi sosio-politik pada saat itu, ketika kondisi Indonesia secara umum diliputi dengan kekacaubalauan dan keputusasaan pada kebanyakan orang-orangnya. Walaupun sudah tidak ada, dokumentasi kegiatan tersebut akan kita jumpai saat memasuki Galeri ini.

gedung-selasar-sunaryo pintu masuk gedung utama Selasar Sunaryo

Karya seni instalasi Sunaryo lain yang fenomenal dan layak diingat diantaranya adalah :
2000, Puisi Titik Putih yang diselenggarakan di Galeri Decorous, Jakarta. Karya instalasi teatrikal ini memeadukan berbagai elemen sekaligus mulai dari benda jadi, konstruksi kayu, lukisan, kain hingga pertunjukan video.
2001, Sunaryo menampilkan “A Stage of Metamorphosis” di Circle Point Art Space, Washington DC. Sama seperti karya2 Sunaryo lainnya, kali ini isu sosial masyarakat masih menjadi perhatian utama dari Sunaryo. Karya ini mewakili pertanyaan besarnya, akankah Reformasi mampu memberi perbedaan pada negeri ini
2002, Titik Gamang hadir di R-66 Art House Bandung. Karya instalasinya kali ini menampilkan lorong berliku temaram yang diujungnya terdapat ruangan berisi potongan artikel dari media cetak dengan judul2 bombastis. Karyanya kali ini menyiratkan sikap pesimis Sunaryo pada perubahan bangsa.
2005, Sunaryo menciptakan karya instalasi di Candi Plaosan yang juga menjadi bagian dari Proyek besar sebuah film berjudul Opera Jawa, karya Garin Nugroho. Karya ini dinamakan Semedi Ning Jenar, sebuah karya luar biasa yang memadukan ribuan batang bambu dan kain merah di seputar Candi Plaosan

Kini Selasar Sunaryo telah banyak berperan penting dalam bidang seni dan lanskap budaya Indonesia. Secara rutin tempat ini mengorganisir aktifitas yang berhubungan  dengan seni  seperti, desain, kerajian, pertunjukan seni, literatur, arsitektur, dan seterusnya. Sebagai tambahan dari koleksi – koleksi yang sifatnya  permanen, Selasar Sunaryo juga mengorganisir pameran pameran tunggal yang bekerjasama dengan seniman-seniman muda dan senior yang berasal dari dalam dan luar negeri.

Kalau berkunjung kesini, kita akan menemukan bagian-bagian bangunan yang menarik, diantaranya :

1. AmphiTheater Selasar Sunaryo

amphi-theather-selasar-sunaryo

2. Pendopo Selasar Sunaryo

pendopo-selasar-sunaryo

3. Coffeeshop Selasar Sunaryo

coffee-shop

Selain itu ada juga tempat penjualan cinderama serta Stone garden yang sayangnya belum dibuka untuk umum. Saya sendiri terkesan dengan Ruangan Mushola di tempat ini, ruangan yang sederhana, namun tata lampu dan desain interior yang terdapat di dalamnya, membuat perasaan kita menjadi adem dan tentram saat memasuki tempat ini. Sayangnya pas ke Mushola lupa bawa kamera heueheehehe =D

Seingat saya, di tempat ini saya menghabiskan waktu sekitar 3 jam, 30 menit untuk keliling galeri utama, satu jam untuk duduk di coffeeshop nya (pesanlah menu kopi disini, biji kopinya haruuum dan salah satu yang terenak yang penah saya cicipi) lalu 1,5 jam sisanya adalah untuk berkeliling mengagumi bangunan Selasar Sunaryo ini serta tentu saja mengambil foto di beberapa lokasi hihihihi =D

model-selasar-sunaryoSecara kasat mata mungkin tidak banyak teknik membuat bros atau aksesoris yang saya pelajari dari kunjungan ini, tapi perjalanan ke Selasar Sunaryo memberikan kesempatan bagi saya untuk mempelajari sesuatu yang baru, bertemu dengan orang-orang yang belum pernah saya kenal, melihat hal yang belum pernah saya amati sebelumnya, serta memahami karya seni yang sifatnya baru bagi saya yang awam ini. Lalu pada akhirnya menemukan inspirasi yang saya cari (kikie)

 

Leave a Reply

Open chat
1
Halo ada yang bisa kami bantu