Home PageBisnis Aksesoris“Malu Berjualan, Sesat di Pasar” Sebuah Tips Berjualan Manik-Manik di era Modern

Feb 08

“Malu Berjualan, Sesat di Pasar” Sebuah Tips Berjualan Manik-Manik di era Modern

Kira-kira tiga hari yang lalu,
Saya membaca sebuah cerita di harian paling terkenal di Surabaya.
Kisah tentang selebritis muda yang selalu tampil chic dalam busana Muslimah,
singkat cerita : sang selebritis sedang membuka usaha butik busana muslim.
Yang menurut saya menarik, kepada wartawan yang hadir meliput peresmian butiknya, sang selebritis berkata “Saya sengaja mengajak kakak saya menjadi partner usaha saya ini, karena saya sebenernya malu kalau harus jualan”
Lha terus kenapa jualan yak???? hehehehe….
(yang ini juga masih misteri buat saya, karena tak seorang pun wartawan di acara itu menanyakannya)

Tapi jangan salahkan sang selebritis sahabat, karena saya sendiripun
(yang saat ini dengan bangga mengaku sebagai Pedagang Manik-Manik)
di awal memulai usaha ini juga pernah punya perasaan yang sama kok…
suka ngerasa malu kalau harus nawar-nawarin dagangan saya.
Yah gimana ya… bukannya saya memandang pekerjaan ini sebagai sesuatu yang hina, tapi memang untuk memulai prosesi magis BER-JU-A-LAN
membutuhkan semangat juang dan konsentrasi yang maksimal…

Lalu tiga hari ini, saya lewati hari-hari saya untuk merenungkan
“Kenapa ya saya dulu kok malu untuk mulai jualan”
ternyata, kalau diinget-inget lagi, penyebabnya karena beberapa hal ini

1. Saya Nggak Mengenali dengan baik Produk yang saya jual
Walhasil karena saya gak terlalu paham apa yang saya jual,
saat ditanya ini dan itu oleh calon pembeli saya… bawaannya langsung Bete
“Idih nih orang niat beli gak sih… nanyanya kaya MC Cerdas Cermat Kecamatan deh”
Padahal kalau kita posisikan diri kita sebagai orang tersebut, seseorang yang mungkin sepanjang hidupnya gak pernah beli bros satupun… pertanyaannya itu wajar aja lho, karena semata-mata orang ini gak tau, dan butuh diyakinkan, kenapa dia membutuhkan bros ini untuk mempercantik penampilannya

Waktu akhirnya saya membuat sendiri aksesoris yang saya jual, saya bisa lebih lantang menjawab pertanyaan-pertanyaan calon pembeli saya. Terutama saat mereka menanyakan bahannya apa, apakah ada kemungkinan lepas, apakah bisa berubah warna… dsb.
Karena saya paham bagaimana proses pembuatan benda-benda yang saya jual.

Jadi untuk bisa bertahan sebagai pedagang yang handal, mau tidak mau kita harus mempelajari produk yang kita jual prend.
Tidak lantas harus menguasai cara pengerjaannya dari awal hingga akhir yaa…,
Tapi dengan tau bagaimana proses sejak awal terjadinya “produk dagangan yang kita jual, hingga akhirnya ada di tangan kita ini” maka kita akan memiliki bekal pengetahuan yang cukup, untuk bisa dengan ramah menjawab pertanyaan calon pembeli dagangan kita.

2. Saya Sendiri Nggak Pede Make yang saya Jual
HOOOOoooOOooo…. Gawatt ini!!!
kalau ini yang terjadi, pilihannya cuma dua sahabat,
mulailah coba pake, atau berhenti aja jualannya.
Karena sebenarnya, dari proses “Pede Memakai apa yang kita jual itu” ada suatu pengalaman yang tidak terbeli dengan uang.
Pengalaman tentang senengnya saat kita menjadi lebih cantik dnegan kalung ini lalu dipuji oleh pasangan.
Pengalaman tentang bangganya kita, saat ada wanita lain mengapresiasi penampilan kita dengan menyebut kita “Perempuan yang Keren”

Dan pengalaman ini, akan menjadi senjata ampuh diawal acara perdagangan sahabat…
Tak usah lah repot-repot memaksa calon pembeli menengok dagangan kita,
Di dalam percakapan sehari-hari, cukup sisipkan saja dengan lugas, indahnya pengalaman menggenakan kalung koleksikikie, dan dipuji teman pas arisan…
Percaya deh, hal ini sudah pasti akan menarik minat lawan bicara kita untuk tau
“Eh gimana sih dagangan koleksikikie lu… gue liat boleh dunk, sapa tau ada yang cocok juga nih buat bajuku”

3. Saya Sibuk Memaksa orang untuk Membeli, Bukan Memberikan Solusi
Yahh… nggak usah orang lain ya prend, kita sendiri aja… kalo pas pergi ke supermaket dipaksa-paksa suruh nyicipin minuman kesehatan entah merek apa… Sebel banget kan?? “Orang sudah sehat masih disuruh minum minuman kesehatan, Pliiss deeh”

Maka kalau saat menjual kita masih sibuk teruuuusssss memikirkan “orang ini harus mau beli, harus laku nih dagangan gue” dan ujung-ujungnya malah “MAKSA BELI” percayalah, bukannya dapet customer… yang ada malah kehilangan temen. “Aduh… gue gak mau ah duduk deket-deket si kikie… capee booow, disuruh beli bros mulu gue” hihihihi terdengar seperti pengalaman pribadi yaaa

Maka rubah pilihan kata kita, dari memaksa menjadi menyarankan…
lha bedanya dimana ya kie?
Untuk bisa memberi saran, kita harus bisa mengenali hal khusus tentang customer kita. Misalnya saja calon pembeli kita ini seorang pegawai kantoran yang harus memakai seragam warna coklat untuk ke kantor. Maka alangkah baiknya kalau kalimat saran yang kita berikan adalah sbb:
“Bros ini cocok lhoo buat dipake ke kantor, pas sama seragam nya kan say… warna coklat ada paduan gold nya…, masuk juga buat baju warna gold atau krem gitu, jadi beli bros satu bisa hemat untuk dipake di banyak kerudung”
“Tapi aku gak pede nih kalau pake aksesoris gini”
“Belum pernah nyoba aja kali… atau coba pake yang lebih kecil dulu aja ya, ini ada juga yang warnanya coklat, pasang di sisi dagu kiri aja dulu biar gak mencolok… cobain aja, ini ada kaca kok” trus calon pembelinya nyoba dan bilang :
“Hmm iya ya… jadi keliatan beda kalau ada brosnya”
“Iya dunk, penampilan yang keren bikin kita lebih dilihat banyak orang lho say… syukur-syukur bos besar jadi inget ama kita, terus lebih lancar deh promosi hhehehee… ini investasi menuju sukses lhoo, lagian gak mahal kok 20.000 aja say”

Yah tetep aja sih maksa beli juga ya prend hahahaha…
tapi bedanya, saat memberikan saran… kita bisa mengambil nilai positif apa yang akan bertambah pada pembeli kita, seandainya mereka memutuskan membeli aksesoris ini. Sementara kalau memaksa, kalimat-kalimat yang digunakan ya cenderung kalimat-kalimat mati yang sifatnya maksa… “Pokoknya ini bagus pak, kwalitet nomer satu” jiaahh…
Padahal daripada ndengerin kalimat nomer satu diulang-ulang, sebenernya calon pembeli akan lebih suka u mengetahui kenapa benda itu layak disebut nomer satu.

4. Saya Kurang Bergaul, membatasi saya sendiri hanya melakukan hal-hal tertentu
“Saya ini kan ibu rumah tangga, anak dua, sibuk ngurusin rumah, mana pembantu gonta ganti mulu…mana sempat saya jualan ini itu”

Jiah… hari gini masih pake alesan gitu.
Jualan zaman sekarang mah gak harus keliling ngetok tiap pintu bawa dagangan kali, its so yesterday my prend….
Untuk bisa jualan bros seperti yang dijual di koleksikikie, cukup berbekal foto-foto cakep, Pajang aja di facebook, atau jadikan wall di BB, belum punya blackberry… print aja fotonya seukuran kartu nama, masukkan di cardholder… kalo ketemu orang baru, pura-pura dijatuhin… biar dintanya”eh gambar apa itu bu, kok lucu-lucu ya” hhahahaha…. trik alay ya

Tanpa disadari sahabat, kadang yang menghambat kita untuk maju itu ya kita sendiri…
kita yang mendoktrin diri kita nggak bisa
kita yang setiap hari sibuk mensugesti diri, kalau kita gak mungkin jadi pedagang disamping karier sebagai istri, sebagai karyawati, sebagai bendahara di arisan PKK, sebagai seketaris pengajian kampung…
hohohohoooo… padahal ke:eksis”an kita di berbagai kelompok masyarakat ini justru modal besaaarrrr untuk bisa sukses menjual dagangan. Kalo pergi arisan ya dandan dikit donk, pake aksesoris yang lucu… buat orang bertanya “beli dimana sih jeng brosnya”
Atau yaaah… kalaupun kita gak bisa make aksesoris, kita bisa kok bawa dagangan kita ke acara tersebut dan meletakkannya ditempat yang bisa dilihat orang, hingga membuat orang bertanya “wah bawa apa nih mbak…kok kayanya lucu-lucu”

Jadi sahabat,
mari kita optimalkan kemamp
uan kita sebagai perempuan pedagang yang sukses.
Kembangkan pengetahuan pada apa yang kita jual,
Jangan lupa untuk selalu tampil gaya memakai aksesoris dagangan kita
Selalu berempati dengan kondisi orang lain, dan berikan saran yang membantu calon pembeli kita… serta jangan lupa, untuk selalu yakin pada diri kita sendiri, bahwa kita bisa.
(kie)

“masih malu jualan??? ke laut aja deehhh tante…”
kata Mama: “jadi Pedagang itu Trend, part of lifestyle wkwkwkwk”

Tags:

Leave a Reply

Open chat
1
Halo ada yang bisa kami bantu