Home PageBisnis AksesorisBelajar Memotret Produk dengan Gadget Minimalis Bersama Maestro Fotografi, Darwis Triadi

Sep 10

Belajar Memotret Produk dengan Gadget Minimalis Bersama Maestro Fotografi, Darwis Triadi

PPK-expo

Sabtu kemarin, di event tahunan PPK Sampoerna, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kelas belajar fotografi bersama Darwis Triadi. Tentu saja ini merupakan momen yang berharga untuk pelaku UKM dan industri rumahan seperti saya, yang dalam memasarkan dagangannya banyak mengandalkan media online. Kualitas foto yang baik dan menarik tentunya akan bisa meningkatkan penjualan produk yang kita hasilkan.

aneka seminar di PPK Sampoernaberbagai seminar di PPK Sampoerna 2015 Surabaya

 

Acaranya sendiri berlangsung di Convention Hall Tunjungan Plaza 4, ada banyak sekali workshop dan seminar yang diselenggarakan selama acara. Selain fotografi ada juga materi branding product dan tips menjadikan produk khas daerah agar bisa jadi ciri daerah langsung dari Bu Rudi, Pemilik Sambal Bu Rudi, oleh-oleh andalan yang biasa saya bawa dari Surabaya. Yang hebat lagi nih, semua seminar dan workshop yang diselenggarakan selama acara bersifat gratis lhoo… kita hanya perlu melakukan reservasi dan pendaftaran via sms, agar panitia bisa mempersiapkan rungan dan konsumsi selama acara berlangsung. sms konfirmasi konfirmasi SMS yang diterima dari panitia, setelah melakukan pendaftaran

Setelah jam 14.00 melakukan konfirmasi, saya menyempatkan diri untuk berkeliling Hall Pameran. Dan menemukan aneka produk2 cantik dari berbagai UKM binaan Sampoerna, ada tas kece dari bahan kantong semen, aneka kerajinan anyaman berbahan baku limbah, batik-batik cantik baik berupa kain, pajangan dinding, tas sampai sepatu. Pameran ini membuka peluang pengusaha dari daerah untuk bertemu dengan calon buyer ataupun reseller dari produk kerajinan yang mereka hasilkan

aneka-jewelery batik-cantik

anyaman clay-fimo

 

Tepat Jam 15.30 Kelas Fotografipun dimulai. Acaranya dihadiri oleh sekitar 150 orang, yang terdiri dari berbagai kalangan. Yang menyenangkan di sesi ini setiap peserta yang hadir boleh mengajukan pertanyaan seputar fotografi dan langsung di jawab oleh Darwis Triadi. Yang menurut saya paling seru sih saat menjawab pertanyaan peserta yang cukup beragam, Darwis tidak hanya bicara tentang teori bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Tapi langsung mempraktekkannya di depan audience. Kabel komputer di sambungkan langsung ke layar kamera dan hasil yang tampak dari layar kamera yang digunakan Darwis Triadi diteruskan ke slide projector. Jadilah sepanjang acara yang ada celetukan “waoo… kok bisa ya… keren banget,,, ih masa sih gitu aja bisa bagus gitu fotonya” hihihihihi… supeeerrr sekaliiii… sampe saya pun lupa motretin saking terpananya nyimak materi selama pelatihan berlangsung.

Darwis-Triadi-di-PPK-Sampoerna

 

selama acara saya memotret beberapa point penting yang disampaikan Darwis Triadi, tapi terus terang saat saya coba tulisakn kembali sensasi saat membacanya, tidak sama seperti saat mendengarkan langsung bagaimana salah satu fotografer termahal di Indonesia ini berbicara di depan audience. Kalimat yang selalu diulang-ulang Darwis selama kelas berlangsung adalah “fotografi itu tentang bagaimana mengenali cahaya dan mengabadikannya ke dalam gambar” Semakin jeli kita mengenali jenis cahaya yang kita temukan, akan semakin baik kualitas foto yang dihasilkan. Pada saat acara Darwis mencontohkan langsung bagaimana kualitas foto yang dihasilkan oleh kamera hapenya bisa sebagus dari kamera DSLR yang dibawa, hanya dengan pencahayaan objek yang tepat. Well kalau ditulis gini kayanya sih gak mungkin bangettt yah hihihihihi… tapi pas lihat di layar kemarin dengan komposisi lighting yang pas, kualitas foto iphone 4 jadul bisa keliatan kinclong banget…

Di kelas ini Darwis juga mengajarkan kepada para peserta, untuk berlatih melihat objek. Lho kalau mau motret ya pasti ngelihat donk yaa… hihihhihi ternyata maksud “melihat” menurut Darwis, adalah memvisualisasikan benda yang akan difoto ke dalam foto, jadi nggak langsung main jepret setiap lihat objek. Kalau zaman dulu motret pake kamera dengan roll film, setiap akan motret biasanya mata mem-framing benda “oh apel ini nanti kalo saya foto mau saya letakkan agak di kiri bawah, trus cahaya datang dari sisi kanan, sehingga hasilnya foto terlihat berdimensi karena sebagian apel keliatan gelap sisi lainnya terang” Sekarang setelah era digitalisasi sudah semakin memudahkan, pengguna kamera cenderung langsung memotret objek yang ditemui sebanyak mungkin, nanti dari yang banyak ini dipilih aja yang bagusan yang mana. Padahal tanpa proses “melihat” bisa saja dari 20 jepret yang kita buat semuanya jelek wkwkwkw…. kesimpulan saya sih, kalao mau selfie, tiap habis jepret dilihat dulu hasilnya, trus koreksi yang diperlukan, supaya bisa ada perkembangan dari gambar jeretan pertama sampe di jepretan ke 30 #lhooohhh ini evaluasi kok sampe 30kali jepret gini yaah hihihihihihihi

Di sesi tanya jawab, ada satu peserta yang mengajukan pertanyaan “sebaiknya kalau kita motret objek berupa produk, pakai backgroud warna putih atau hitam ya? kalau hitam kok kadang jadi abu-abu tapi kalau background putih motret benda putih juga eh hasil akhirnya gak keliatan…”
Nah untuk pertanyaan ini, Darwis langsung mengeluarkan kameranya dan mempraktekkan di depan audience yang hadir. Huhuhu dan pas adegan ini saya terpukau lupa moto hikkss….
Menurut Darwis, warna hitam dan Putih sama baiknya untuk background foto, kalau misalnya saat mencoba menggunakan background hitam hasil foto tampak jadi abu-abu, maka bisa dipastikan cahaya yang masuk ke dalam foto berlebihan. Maka kuncinya satu, kalau foto terlihat terlalu terang, kurangi sinar yang masuk, kalau foto gelap, tambahkan cahayanya.
Cara ngurangin dan nambahin cahaya gimana donk?
– Cari sumber cahaya yang ada saat kita melakukan pemotretan, lalu untuk mengurangi, kita bisa menjauhi sumber cahaya, kalau mau menambahkan bisa lebih mendekati sumber cahaya.
– Cari media untuk membiaskan cahaya agar tidak langsung mengena ke objek yang akan difoto, jadi daripada foto langsung dibawah sinar matahari, hasilnya akan lebih soft kalau kita foto do ruang tamu yang ada vitrasenya… jadi cahaya dari luar sudah masuk korden dulu, nah ini tetep terang tapi gak akan over di wajah kita (ih kok diterjemahkan kedalam adegan selfie terus yaaa wkkwkwkw) kalau pada benda, misal kita motret dnegan bantuan cahaya lampu, nah sebelum cahaya kena objek, bisa kita lewatkan dulu di kertas kalkir/kertas roti.
Lalu Darwis juga menambahkan, walaupun hitam dan putih terlihat sama saja, tapi kalau tertangkap kamera sebenarnya hitam dan putih pun bergradasi. Jadi ada hitam yang sangat pekat dan hitam yang lebih ke arah abu-abu, sebaiknya saat memotret benda hitam pada background hitam, pastikan bahwa tekstur produknya tidak persis sama… background menggunakan kain katun hitam, produknya menggunakan kain saten hitam. Demikian juga saat memotret benda berwarna putih.
Dan pas dipraktekin sih beneran bisa lho keliatan bedanya dan jadi cakeppp banget hasilnya

kalung-cantikfoto diatas ini hasil pratket saya sendiri,
kalung batu item, difoto pake background kayu item,
eh beneran iya lho ternyata biarpun sama-sama item tetep okeh asal kita tau cara mengontrol cahaya yang masuk ke foto. tapi hasil fotonya Darwis jauh lebih okeeeh prend…

Trus adalagi pertanyaan dari peserta pelatihan, bagaimana cara membuat foto yang bisa tampak blur gitu di pinggir-pinggirnya. Apakah harus dengan kamera mahal?
kalau saya yang ditanyain, saya pasti langsung jawab iyalah… kalo kameranya biasa-biasa aja susah bikin pinggirnya agak blur. Tapi Darwis di sesi workshop ini menjelaskan, bahkan pake hape pun bisa kok bikin yang tampak blur, asalkan objeck dan benda yang ingin di blurkan tidak dalam posisi segaris. Jadi kalau mislanya kita mau motret bros, trus pengen pinggirnya dibuat agak burem… itu bisa banget asal posisi bend ayang burem lebih jauh. Bahkan Darwis menambahkan “Kalau misalnya objek foto sejejer sama segaris, biarpun kameranya mahal, dzikir satu bulan tetep aja gak bisa burem Bu” wkwkwkw… sesuatu bangetsss yaaa….

Tapi pas sampai rumah langsung deh saya lihat, foto2 bros saya oh iya juga yaa ternyata apa yang disampaikan Darwis sudah saya praktekkan selama ini, tapi belum saya pahami kenapa kok bisa burem #eeaaaa…. sesuatu ya mbaknya iniiihhh

donat-kayu ini contoh foto yang ditarus sejajar dan selamanya gak akan pernah bisa jadi blur,
Meskipun difoto pake kamera muahal

bros-kayu-001-a
begitu satu bros dimajukan kedepan, yang satu mundurin ke belakang, langsung deh jadi blur fotonya…
langsung deh kita kompakan komen “OOooo ternyata gitu yaa” wkwkwkwk

Di workshop ini Darwis juga menjelaskan, bahwa sebenernya mau hape 2MP mau 16MP tidak akan menghalangi kita untuk membuat foto yang bagus, Karena mega pixel ini sebenernya ditujukan u kepentingan cetak mencetak foto, jadi kalau foto dnegan kamera hape 16MP di cetak A4 masih jelas, kalo dari kamera 2MP kualitasnya sudha agak burem pecah-pecah. Tapi kalau bagus-bagusan foto sih, asalkan orang yang menjepret bisa mengenali arah cahaya dateng maka bisa dipastikan juga hasil fotonya akan tampak menarik. Lalu gimana donk supaya kita bisa mengenali cahaya ini? Darwis hanya berpesan agar para peserta workshop giat berlatih dan terus berlatih… karena semakin sering kita latihan, melihat hasil foto kita, mereview nya, maka kita akan bisa semakin tau kemampuan dan teknik foto yang paling sesuai dengan yang kita inginkan.

Superrr seruuu banget deh acaranya prend….
semoga yaah besok-besok pas adalagi, saya bisa ikutan lagi =D Amiiieeennnnnn….

PPK Sampoernasebelum pulang foto bersama Meity, yang hobi fotografi

8 comments

Trackbacks and pingbacks

No trackback or pingback available for this article

Leave a Reply

Open chat
1
Halo ada yang bisa kami bantu