Home Page › celoteh kikie › 2Women4Women : Tentang Perempuan, Oleh Perempuan, Untuk Perempuan
Jan 22
2Women4Women : Tentang Perempuan, Oleh Perempuan, Untuk Perempuan
Dua Minggu lalu, kawan saya yang pelukis dan penulis mengirim pesan ke nomer pribadi saya.
“Kie kamu harus ikut acara ini” Singkat, Padat, dan Yakin. 2WOMEN4WOMEN adalah rangkaian Program Arts Envoy 2016 yang diprakarsai oleh Pemerintah Amerika, melalui US Consulate Generale Surabaya. Acara ini dilakukan hanya di 3 Kota di Indonesia, yakni : Ternate, Tobelo dan Surabaya.
Pengajarnya adalah dua orang seniman dari Amerika, Imani Shanklin Roberts dan Elizabeth Triani. Mereka berdua terkenal dengan karya lukisnya yang penuh emosi dan luarbiasa, dan saya sangat tau saya tidak bisa melukis, apa ya iya perlu ikut kelas tentang seni dan budaya bersama para pelukis? Namun Heti Palestina Yunani, adalah perempuan dengan banyak kebisaan, yang salah satunya adalah meyakinkan orang. Maka hari itu, saya mendaftarkan diri menjadi satu dari 25 wanita yang mengikuti program 2Women4Women ini.
Pengalaman Pertama Datang ke US Consulate Generale Surabaya.
Dalam hidup selalu ada hal yang pertama kali kita lakukan, dan ini adalah kali pertama saya datang ke Konjen Amerika. Lokasinya ada di ujung barat kota Surabaya, sementara saya tinggal di sisi Timurnya. Maka walaupun sama-sama di Surabaya, perjalanan yang harus ditempuh terasa lama dan penuh perjuangan (ada yang kesasar di jalan tol gitu deh… padahal papan petunjuk jalannya dipasang jejer-jejer dan besar-besar wkwkwkkw….). Hal lainnya lagi adalah : Konjen Amerika menerapkan beberapa peraturan khusus bagi warga sipil (masyarakat biasa-biasa seperti kita #eeaaaa…) saat akan memasuki wilayahnya. Tamu undangan tidak diperkenankan membawa barang-barang elektronik masuk ke dalam, jadi handphone, kamera, remote kunci mobil (iya itu juga masuk kategori barang elektonik Gaes hiiiihihihi…) harus ditinggal di Pos Penjagaan Kedua. Selain itu tamu juga harus membawa identitas jelas, seperti KTP, dan undangan untuk ditinggal sementara kita berkunjung ke sana. Dan selain itu lagi segala jenis benda dengan cairan seperti tetes mata buat softlens, parfum, lipstik, lotion buat tangan yang kasar dan berbagai bentuk bubuk seperti bedak juga harus ditinggal. Terus terang yang ketiga ini lumayan bikin stres yaaah… karena segala persenjataan untuk jadi cantik gak boleh ikutan masuk ke dalam. Hiks….
Namun segala keribetan dan perjuangan untuk bisa masuk ke Konjen Amerika, terbayar lunas. Saat saya bisa berjumpa dengan perempuan-perempuan luar biasa yang menjadi peserta kegiatan ini. Yup, undangan yang hadir adalah mereka-mereka yang dekat dengan aktivitas sosial, kepedulian tinggi pada lingkungan, guru-guru yang berjasa mendampingi dan membimbing anak-anak berkebutuhan khusus dan juga korban kekerasan. Perempuan-perempuan inspiratif yang diharapkan bisa memberi perubahan positif pada lingkungan dan masyarakat yang lebih luas. Dan saya salah besar bila menganggap hari ini adalah hari belajar melukis.
Utusan Budaya Amerika mengajak Kami Mengenali Potensi Diri
Di awal kelas berlangsung, setiap peserta diminta untuk bisa memperkenalkan diri dengan cara menjawab pertanyaan favorit pada lembar kertas yang diberikan panitia penyelenggara. Daftar pertanyaan yang dibuat sangat menarik, karena bersifat menyentuh emosi kita seperti :
“Apa warna favorit kita, kenapa kok suka warna itu”
“Apa hal yang paling membuat kita merasa sedih”
“Kapan kita merasa paling puas dan bahagia”
“Apa Tujuan Hidup yang kita miliki”
“Peristiwa apa yang membuat kita merasa gagal dan sangat kecewa..”
“Menurut pendapat kita, apa sih Diri Kita… Tubuh Kita… Pikiran Kita…”
(oh okay pertanyaan yang nomer ini sangat filosofis dan agak susah saya fahami hehehehe…. untungnya kami hanya harus memilih satu saja).
Semua peserta yang hadir, secara bergantian menjawab pertanyaan ini, termasuk juga Imani dan Elizabeth. Yup tidak sekedar mentransfer ilmu yang sifatnya satu arah saja, mereka memulai kelas dengan berbagi cerita dan pengalaman karena hal ini lah sebenarnya yang mendekatkan perempuan, apapun latar belakang budaya dan bahasanya (iyaaa banget, sebagian besar proses belajar kelas ini menggunakan bahasa inggris pren hahahaha…). Dan Sukses!! karena dalam 2 jam pertama sejak saya masuk ke kelas, saya bisa merasa lebih mengenal dan nyaman dengan orang-orang yang sebagian besar baru pertama kali saya temui.
Game menjadi cara mudah mengenali kawan-kawan baru.
Acara menjadi semakin hangat dengan game bertukar kursi bagi yang memiliki kesamaan hobi. Satu orang berdiri di lingkaran, menyebutkan hal yang disukai, apabila ada yang memiliki kesamaan maka mereka harus berpindah tempat. Yang gak dapet tempat harus berdiri di tengah mencari orang dengan kesukaan yang sama. Semua peserta berpartisipasi aktif di dalam acara.
Pelajaran Penting Pertama: Pelajaran Mendengarkan
Lalu kami diminta untuk membuat grup kecil yang terdiri dari 3-4 orang. Di sesi ini kami diminta untuk menulis momen paling intim yang kita lakukan dengan diri kita sendiri. Kapan sih kita meluangkan waktu untuk bicara dengan diri kita, mengenali pikiran-pikiran kita, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita punya, menjadi diri kita sendiri apa adanya. Lalu tulisan itu harus kita ceritakan pada teman satu grup, namun peraturannya adalah : saat ada satu yang bercerita yang lain hanya boleh mendengarkan saja. HANYA MENDENGARKAN SAJA. gak boleh komen… gak boleh sekedar bila he..em, gak boleh motong dengan pertanyaan. Dan di sesi ini kami diajarkan bagaimana sikap tubuh yang baik saat mendengarkan orang lain, bagaimana mengatur ekspresi muka, sorot mata juga hati kita, agar orang yang bercerita merasa diperhatikan. Karena kemampuan mendengarkan yang baik, akan membuka kita pada penemuan-penemuan baru. Membuat orang yang bercerita merasa diperhatikan, dan menjadi lebih terbuka untuk berbagi hal-hal yang lebih dalam dan detail pada lawan bicaranya. Mereka yang mampu mendengarkan, umumnya akan lebih mudah membuat keputusan-keputusan penting di hidupnya. Waaaooow banget deh….
Waktu kita praktekkan secara bergantian memang rasanya luar biasa lho, pas kita cerita di dengarkan dengan seksama, rasanya diterima dan nyaman. Membuat kita menjadi lebih menyukai diri kita dan akhirnya menjadi percaya diri. Sangat ajaib rasanya karena hanya dengan mendengarkan cerita orang dengan bersungguh-sungguh, saya bisa merasakan keterikatan dan kedekatan dengan mereka. Membuat mereka mempercayakan cerita pribadinya dibagi kepada saya, membuat saya merasa istimewa dan dipercaya.
Mengenali 7 Kekuatan Perempuan
Lalu kami diajak memasuki materi utama pertemuan hari ini. Mengenali 7 potensi diri pada perempuan, yang akan bisa membuat kita mengubah dunia. Apa saja 7 potensi diri ini… disambung besok yaaa sahabat (kie)